Kelautan Nusantara (NGI)

Kelautan Nusantara (NGI)

Senin, 01 Maret 2010

Ahli Terumbu Karang Indonesia

Suharsono"We shall not cease from exploration, and at the end of all our exploring will be to arrive where we started and know the place for the first time." (T.S. Eliot)
“Kita tidak akan berhenti bereksplorasi, dan di akhir dari eksplorasi kita maka kita akan sampai di tempat kita memulai dan kita kenali sebagai yang pertama kali.” (T.S. Eliot)
Bagi para ilmuwan dan peneliti, memang tidak pernah ada kata berhenti untuk bereksplorasi di dunia ilmu pengetahuan yang tiada ujung. Indonesia memiliki putera-putera terbaik yang berada tepat di posisinya masing-masing untuk memberikan kontribusi yang amat berarti bagi kemajuan bangsa Indonesia. Mereka memiliki kualitas istimewa dan semangat serta kegairahan menyumbangkan kemampuan dan pemikiran terbaik mereka.
Sungguh membanggakan bila dapat berjumpa dengan salah satu dari mereka yang istimewa ini. Mari kita bertemu dengan sosok peneliti Indonesia yang cukup langka, Prof. DR. Suharsono, APU, pria Jawa kelahiran Sragen, 20 Juli 1954, yang telah mengabdikan diri sepenuhnya menjadi seorang ahli di bidang kelautan, khususnya sebagai peneliti utama bidang terumbu karang.
Jatuh Cinta Kepada Terumbu Karang
Lulusan jurusan Biologi UGM tahun 1979 ini mengaku tidak berencana menggeluti bidang keahliannya sekarang ini. Secara kebetulan saat baru lulus kuliah ia berkunjung ke seorang teman di Jakarta yang akhirnya membawanya menjadi peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada tahun 1980. Dengan latar belakang studinya yang mempelajari fisiologi tumbuh-tumbuhan maka ia harus memulai dari dasar untuk mendalami bidang kelautan. Tentu bukan hal yang mudah, namun kesungguhan, keuletan dan ketekunannya membawanya pada satu kecintaan kepada terumbu karang, satu penelitian yang mengharuskannya piawai berenang dan menyelam.
Ia semakin mendalami bidang terumbu karang ini dengan mengikuti berbagai kursus terkait, seperti kursus taksonomi karang batu dan ekologi di Leiden Museum, Belanda (tahun 1984) yang juga adalah sebuah ekspedisi dan kursus ”coral banding” di Townsville, Autralia (1988). Kegigihannya juga membawanya memperoleh beasiswa dan akhirnya memperoleh gelar Doctor dalam bidang ekologi ”coral reef” di Department of Biology, University Newcastle upon Tyne, Inggris, pada tahun 1990, yang ditempuhnya hanya dalam waktu 4 tahun, karena dengan kualifikasi tertentu ia diijinkan mengikuti program yang melewati jenjang Master dan bisa langsung mengambil Doctor.
Masa Pengabdian
Sepulang dari Inggris ia harus duduk dalam jabatan struktural sebagai Kepala Balitbang Biologi Laut dari tahun 1992-1997. Kemudian ia kembali berkecimpung dalam satu misi besar penyelamatan terumbu karang di Indonesia dan tergabung dalam COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), suatu program yang dirintisnya bersama para peneliti dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan segala upaya mereka mempromosikan terumbu karang di Indonesia untuk sungguh-sungguh diperhatikan baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia maupun luar negeri. COREMAP atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka panjang (15 tahun) yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang sekaligus mampu menunjang kesejahteraan masyarakat pesisir. Ia mengaku amat senang melihat hasil yang menggembirakan sekarang ini melalui semua upaya yang telah dilakukan.
Melihat kematangan dan tangan dinginnya, Suharsono dipercaya menjadi Deputy I COREMAP ((tahun 1999-2005) dan menjadi Kepala PIU COREMAP II LIPI tahun 2004-2005. Tidak berhenti di sana, tenaganya dibutuhkan untuk scope yang lebih luas bagi penelitian kelautan dan ditunjuk menjadi Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mulai sejak tahun 2005 hingga sekarang.
Dilantik Menjadi Profesor Riset
Dalam sepanjang 27 tahun karirnya sebagai peneliti LIPI Suharsono telah membuktikan dirinya sebagai seorang peneliti yang konsisten dan tekun, hal ini nampak dalam hasil karya ilmiahnya yang mencapai 62 publikasi ilmiah, baik dalam bentuk jurnal maupun buku terbitan dalam dan luar negeri.
Tidak hanya itu, namanya pernah diabadikan menjadi nama salah satu karang baru yang diketemukannya pada suatu hari saat menyelam di sekitar Pulau Lombok, NTB tahun 1995. Karang yang bernama Acropora suharsonoi ini setelah diidentifikasi dinyatakan sebagai karang endemis, artinya hanya ditemukan di wilayah tersebut dan termasuk karang primitif.
Kegigihan, keuletan dan konsistensinya membuahkan lebih jauh lagi, yaitu dikukuhkan menjadi Profesor Riset dalam Bidang Biologi Laut dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada tanggal 12 Desember 2007. Orasi ilmiahnya berisikan presentasi berjudul Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia, yang menguraikan review atas kondisi umum terumbu karang di Indonesia dan masalah-masalah pengelolaannya.
Dalam orasinya, ia menyebutkan bahwa berdasarkan observasi yang terakhir dalam tahun 2007 pada 908 stasiun pengamatan di seluruh Indonesia, dijumpai kondisi terumbu karng yang dalam kategori sangat baik adalah sekitar 5,5 %, dalam kondisi baik 25,1 %, sedangkan dalam kondisi sedang dan jelek masing-masing 37,3 dan 33,0 %. Ia juga mengidentifikasi masalah-masalah kritis dalam pengelolaan terumbu karang seperti kebijakan dan strategi nasional, kelemahan hukum dan penegakannya, dan tak kalah pentingnya peranan partisipasi mayarakat dalam pengelolaan secara keseluruhan.
"Indonesia adalah negara yang 70 persennya laut. Oleh karena itu kita butuh orang-orang yang mampu mengelola sumber daya laut itu," demikian pernyataan Prof. Umar Anggara Jenie, Kepala LIPI, dalam sambutannya pada acara pelantikan tersebut.
Bekerja Lebih Baik...
Ketika ditanya apa yang menjadi prinsip-prinsip keberhasilannya, pria yang ramah ini menjawab, “Prinsip saya: bekerja lebih baik.... Kalau apapun yang kita hadapi .. kita bekerja dengan sebaik-baiknya...Terserah hasilnya seperti apa, itu tidak masalah, tetapi yang penting kita sudah berikan yang maksimum. Apapun yang kita kerjakan, pokoknya prinsipnya bekerja lebih baik, nggak ‘neko-‘neko lah istilahnya.... Saya ingin tiap hari itu lebih baik saja, apapun yang kita lakukan. Dengan sungguh-sungguh... Perkara misalkan kita gagal, saya juga tidak masalah., kalau kita punya ide ya kita coba kerjakan.Misalnya ada orang lain yang mengambil ide kita dan mengimplementasikan, that’s good, karena kadang-kadang kita kita kan tidak bisa mengimplementasikan sendiri, tidak apa-apa.... Itu kan berarti saya sudah menularkan ide kita untuk diimplementasikan. Nggak usah takut misalnya nanti yang dapat nama orang lain, toh orang lain akan tahu itu asal usulnya dari mana…”
Ia juga meyakini bahwa setiap orang akan diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang harus segera diputuskan dengan segera. Hal inilah yang selalu ia nasehatkan kepada para peneliti muda, “Hidup ini kan pilihan, selagi Anda bisa memilih, Anda harus cepat memilih. Kedua, harus mencintai apa yang dipilih dan Anda harus mantap. Jangan sampai menunggu hingga tidak ada pilihan… Saya yakin bahwa semua problem itu datangnya dari kita sendiri. Kalau Anda sudah memilih jadi peneliti jangan niatnya bismillah cari duit. Peneliti dihargai karena karyanya. Kalau karya nya bagus otomatis orang akan cari Anda. Selama masih ada pilihan, pilih yang terbaik, jangan sampai Anda ada pada posisi tidak punya pilihan dan kita tidak happy nantinya. Sebelum waktu itu datang, masih punya pilihan, cepat memilih...” Nampaknya hal ini merupakan prinsip yang selalu dianutnya sejak lama, seperti yang ia jalani dengan memilih terumbu karang untuk penelitiannya dan tidak pernah berubah hingga saat ini.
Pria sederhana ini memang kesannya tidak muluk-muluk, baginya yang paling utama adalah menunjukkan hasil karya hari lepas hari. Demikian juga visi yang dijalaninya di kantor yang ia pimpin sekarang, ia selalu berusaha agar setiap anak buahnya maksimal bekerja setiap hari dan ia mengharapkan tidak ada yang perlu lembur. Sebagai lembaga LIPI maka misi instansi ini adalah mendukung pengelolaan sumber daya laut di Indonesia dan menyediakan data yang mempunyai akurasi dan bisa diandalkan. Selain itu dalam bidang budi daya maka instansi ini berusaha menyediakan bibit unggul atau induk unggul secara terus menerus.
Profesor yang masih muda ini kini memiliki segudang tugas yang nampaknya akan semakin berkembang dari waktu ke waktu, khususnya karena ia memiliki satu visi bahwa para peneliti Indonesia harus berkiprah tidak hanya di percaturan dalam negeri tetapi juga di tengah-tengah society internasional. Misi yang diembannya dengan posisinya sekarang ini adalah lebih banyak mencari peluang, menggalang networking, yang membawanya berangkat mengikuti berbagai pertemuan dan seminar di dalam negeri maupun luar negeri. Jadwal perjalanan dan meeting nya memang luar biasa padat, baik dengan organisasi di Indonesia maupun berbagai organisasi internasional di berbagai manca negara.
Kesibukannya juga ditambah dengan setia memberikan berbagai seminar dan mengajar di Program S2 Kelautan Universitas Indonesia juga Program Diploma Pariwisata FISIP UI. Inilah profil peneliti pekerja keras yang penuh pengabdian bagi ilmu dan bangsa Indonesia.
Selamat berkarya Pak Har... Kiranya perjuangan Bapak dapat membawa nama Indonesia hingga ke seluruh dunia..


Prof. DR. Suharsono, APU: Ahli Terumbu Karang Indonesia Yang Tidak Pernah Berhenti Berkarya
Rabu, 16 Januari 2008 11.40 WIB
sumber : http://vibizlife.com/success_details.php?pg=achievements&awal=100&page=11&id=866

Tidak ada komentar:

Posting Komentar