Kelautan Nusantara (NGI)

Kelautan Nusantara (NGI)

Rabu, 24 Februari 2010

Pelampung Penyelamat Paus

Selasa, 09 Februari 2010 | 09:28 WIBTEMPO Interaktif, New York - Ketika paus paling terancam punah di dunia bermigrasi ke perairan Florida setiap musim dingin, para ilmuwan terbang di atas samudra dan melakukan pemindaian dari garis pantai untuk menemukan mereka. Tahun ini para ilmuwan tak hanya bisa melihat kelompok paus sejati tersebut, tapi juga mendengar "nyanyian" mereka.


Paus sejati mengeluarkan serangkaian vokalisasi yang berbeda. Salah satunya adalah "up-call" atau suara kontak, yang dikeluarkannya ketika sendirian atau bertemu dengan paus lain. Suara yang berlangsung selama 2 detik itu mirip bunyi "whoop" yang dalam dan meninggi.
Suara pendek itu memang tak seindah nyanyian paus bungkuk yang panjang dan berirama ketika musim kawin. "Itu adalah suara dasar yang membantu menjaga kelompok tersebut berenang secara terpadu," kata Christopher Clark, kepala program riset bioakustik di Cornell University di Ithaca, New York.
Suara whoop itu terekam dan dipancarkan oleh sebuah pelampung akustik yang dipasang di lepas Pantai Jacksonville di Orlando, Amerika Serikat. Pelampung ini memancarkan suara paus sejati itu tanpa berhenti, 24 jam setiap hari sejak Desember tahun lalu.
"Suara mamalia laut raksasa itu bisa terdengar jauh sebelum tim riset menemukan mereka secara reguler, menawarkan cara lain untuk melacak pergerakan paus," kata Barb Zoodsma, ahli biologi dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). "Kami bisa memperoleh rekaman akustik, bahkan sebelum kami bisa mendeteksinya secara visual," kata Zoodsma, koordinator program pemulihan paus sejati NOAA. "Itu adalah informasi baik yang memastikan apa yang telah kami ketahui, bahwa paus sejati ada di wilayah tersebut."
Setiap tahun, ketika musim dingin tiba, paus sejati Atlantik Utara akan berenang menuju perairan lepas Pantai Georgia bagian selatan dan Florida bagian utara untuk melahirkan bayi-bayi paus. Binatang yang diburu hingga nyaris punah pada 1800-an itu kini jumlahnya kurang dari 400 ekor. Meski berhasil lolos dari perburuan, paus sejati itu tetap terancam kematian karena ditabrak kapal atau terjerat jala penangkap ikan.
Migrasi tahunan mereka memicu upaya besar-besaran yang dilakukan sejumlah ilmuwan untuk melacak binatang itu dari perairan Savannah (Georgia) sampai St. Augustine di Florida. Kelompok sukarelawan juga memantau kehadiran paus, yang diketahui sering berenang dekat pantai, dari kota-kota di sepanjang pesisir timur Amerika itu.
Tahun lalu, tim itu menemukan 39 anak paus sejati, jumlah bayi paus tertinggi yang pernah terlihat dalam satu musim. Pada musim dingin kali ini, sedikitnya terlihat tujuh bayi paus yang berenang bersama induknya dan 40 paus lain yang kembali ke kawasan itu.
Tiap laporan terlihatnya paus merupakan informasi penting yang akan segera dipancarkan ke kapal-kapal yang melintasi kawasan itu untuk mencegah terjadinya tumbukan. Upaya ini kadang terhambat cuaca buruk yang sering kali membuat tim pemantau tak bisa terbang di atas samudra.
Meski mata mereka "buta", para ilmuwan masih bisa mendeteksi kehadiran paus lewat sinyal yang dipancarkan pelampung-pelampung paus yang mengambang di lepas Pantai Jacksonville dan Savannah. "Para ilmuwan bisa mengetahui kedatangan kelompok paus sejati yang berada dalam jarak beberapa kilometer," kata Clark.
Pelampung-pelampung paus yang ditambatkan dalam perairan sedalam 14 meter itu dapat mendeteksi suara di sekitarnya hingga radius 8 kilometer, meski suara bising kapal laut yang melintas membuat alat itu sulit mendengar erangan paus sejati.
Pelampung berwarna biru dan kuning cerah itu tak hanya terpasang di perairan lepas Pantai Jacksonville dan Savannah. Beberapa pelampung lain telah terpasang di lepas Pantai Cape Cod, Massachusetts, tempat paus sejati mencari makan sepanjang musim panas. Pelampung-pelampung itu berjajar di jalur perkapalan utama sepanjang 88 kilometer untuk memberikan peringatan audio tentang kehadiran paus secara reguler.
Bola-bola biru-kuning itu dilengkapi hydrophone atau mikrofon bawah air dan komputer yang dapat menyaring suara kontak whoop paus sejati dari suara-suara lain, seperti suara bising kapal laut. Pelampung ini akan memancarkan suara itu lewat satelit ke laboratorium Cornell. Begitu suara itu dipastikan sebagai suara paus sejati, informasi tersebut langsung dikirim kepada tim riset paus sejati dan kapten kapal yang melintasi perairan tersebut.
"Masih diperlukan banyak pelampung lagi untuk membantu upaya konservasi," kata Zoodsma. "Rekaman audio itu akan sangat berguna pada November serta pada musim semi, ketika tak ada penerbangan survei, dan di daerah yang tak terpantau oleh survei itu."
Meski para ilmuwan bisa mengetahui lokasi dan kedatangan puas sejati di perairan itu dengan adanya pelampung paus, mereka belum mengetahui apa maksud suara whoop itu, serta paus mana yang mengeluarkan suara tersebut. "Paus dari usia berapa pun bisa mengeluarkan suara itu dan saya yakin mereka bisa membedakan satu sama lain," kata Clark. "Akan amat fantastis bila kami dapat mengetahui apakah suara itu dikeluarkan oleh paus jantan, betina, muda, tua, atau seekor bayi."
TJANDRA DEWI | ORLANDO SENTINEL | WHOI

http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2010/02/09/brk,20100209-224455,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar