TEMPO Interaktif, Tokyo: Jepang, yang mendapat kecaman internasional karena tindakan penangkapan paus untuk riset, telah mengeluarkan temuannya, bahwa paus kehilangan lapisan lemaknya disebabkan sumber daya laut semakin langka.
Namun berbagai kritik mengatakan penelitian terbaru itu, yang melibatkan pembantaian ribuan paus, hanyalah untuk mengelak dari tindakan perburuan besar-besaran ikan paus yang kemudian dijual.
Jepang sering dikritik oleh Barat karena melakukan perburuan paus setiap tahun dengan alasan melakukan penelitian, sementara sebagian besar daging paus itu berakhir di supermarket, resoran dan kantin sekolah.
Jepang mengatakan penangkapan paus merupakan bagian dari budayanya, namun ia menolak telah mengabaikan moratorium internasional 1986 dengan mengatakan penangkapan itu sebagai riset. Hanya Norwegia dan Eslandia yang menolak moratorium itu.
Penelitian itu menggunakan 6,779 paus, yang lebih dari 4.500 di antaranya dibunuh saat mereka sedang beranak.
Hasil temuan itu menyatakan bahwa lautan menghadapi kekurangan krill- sejenis udang kecil, komponen vital dalam rantai makanan, terkait perubahan iklim dan pemulihan spesies seperti paus punggung bongkok.
Menurut penelitian itu, paus minke Antartika melepaskan 9 persen lapisan lemaknya selama 18 tahun, yang mengakibatkan kehilangan berat 17 kilogram per tahun.
Lapisan lemak merupakan bagian vital dari paus karena menahan panas di air dingin dan menyimpan energi dan nutrisi. Paus minke berenang ke Antartika setiap musim panas untuk mencari makan dan mencari air hangat selama musim dingin untuk melahirkan.
Penelitian yang dilakukan lembaga pemerintah Kenji Konishi yang didukung Institut Penelitian Cetavean itu mendorong penelitian lanjutan terhadap krill, dengan alasan ekosistem itu dalam masalah.
Penelitian itu dipublikasikan dalam Polar Biology, jurnal yang berkantor di Jerman dan Alaska,setelah beberapa jurnal lainnya menolak mempublikasikannya.
AFP/Erwin Z
Senin, 01 September 2008 | 13:19 WIB
sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2008/09/01/brk,20080901-133156,id.html
Namun berbagai kritik mengatakan penelitian terbaru itu, yang melibatkan pembantaian ribuan paus, hanyalah untuk mengelak dari tindakan perburuan besar-besaran ikan paus yang kemudian dijual.
Jepang sering dikritik oleh Barat karena melakukan perburuan paus setiap tahun dengan alasan melakukan penelitian, sementara sebagian besar daging paus itu berakhir di supermarket, resoran dan kantin sekolah.
Jepang mengatakan penangkapan paus merupakan bagian dari budayanya, namun ia menolak telah mengabaikan moratorium internasional 1986 dengan mengatakan penangkapan itu sebagai riset. Hanya Norwegia dan Eslandia yang menolak moratorium itu.
Penelitian itu menggunakan 6,779 paus, yang lebih dari 4.500 di antaranya dibunuh saat mereka sedang beranak.
Hasil temuan itu menyatakan bahwa lautan menghadapi kekurangan krill- sejenis udang kecil, komponen vital dalam rantai makanan, terkait perubahan iklim dan pemulihan spesies seperti paus punggung bongkok.
Menurut penelitian itu, paus minke Antartika melepaskan 9 persen lapisan lemaknya selama 18 tahun, yang mengakibatkan kehilangan berat 17 kilogram per tahun.
Lapisan lemak merupakan bagian vital dari paus karena menahan panas di air dingin dan menyimpan energi dan nutrisi. Paus minke berenang ke Antartika setiap musim panas untuk mencari makan dan mencari air hangat selama musim dingin untuk melahirkan.
Penelitian yang dilakukan lembaga pemerintah Kenji Konishi yang didukung Institut Penelitian Cetavean itu mendorong penelitian lanjutan terhadap krill, dengan alasan ekosistem itu dalam masalah.
Penelitian itu dipublikasikan dalam Polar Biology, jurnal yang berkantor di Jerman dan Alaska,setelah beberapa jurnal lainnya menolak mempublikasikannya.
AFP/Erwin Z
Senin, 01 September 2008 | 13:19 WIB
sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2008/09/01/brk,20080901-133156,id.html
Ajaib banget Jepang, untuk negara yang maju dan secerdas jepang aneh banget bisa buat argumen yg gak logis! dengan alasan riset harus membunuh ribuan paus? Seandainya dibalik, paus-paus itu melakukan riset pada manusia jepang dengan membunuh ribuan warga jepang gimana respon mereka ya?
BalasHapus